Senin, 30 Agustus 2010

LAPPORAN PROYEK

Selasa, 03 Agustus 2010

AIR BERSIH

Kamis, 01 Juli 2010

JARAK ANTAR KOTA DI JAWA

Kamis, 24 Juni 2010

DED Desa Serui PAPUA

SPAM IKK

Rabu, 16 Juni 2010

TERNAK LELE

Kamis, 03 Juni 2010

Pengolahan Tanah Yang Baik


Tabel 1. Produksi umbi kering tujuh varietas bawang merah pada dua musim tanam " off season’ (di luar musim)
Varietas
Berat Umbi Kering (ton/ha)
Agustus 1995Januari 1996
ProbolinggoBulelengProbolinggoBuleleng
Kuning
BaliIjo
Sumenep
Bima
Philiphine
Ampenan
Bauji
4.3
4.9
2.4
5.2
6.1
4.5
4.0
4.27
7.02
4.38
6.78
8.05
5.14
4.55
7.5
9.1
5.5
8.3
7.9
6.5
9.7
7.76
12.1
7.73
8.69
8.47
8.48
9.05
Sumber : BPTP Karangploso - Malang
Cara Pengolahan Tanah yang Baik
Pengelolaan tanaman yang dimulai sejak pengolahan tanah hingga penanaman harus disesuaikan dengan musim tanamnya. Di Kabupaten Nganjuk, petani menanam bawang merah dengan bedengan baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Biasanya bedengan yang digunakan pada musim kemarau di dibuat tidak terlalu tinggi. Sementara di Pamekasan Madura, penanaman bawang merah pada musim kemarau tidak dalam bentuk bedengan tetapi langsung pada lahan bekas padi- sawah dan pengairan menggunakan sistem leb, sedangkan pada musim penghujan baru menggunakan bedengan namun tidak terlalu tinggi. Akibatnya penggenangan air hujan tidak dapat mengalir dengan lancar sehingga mempengaruhi pertumbuhan bawang merah. Cara yang terbaik untuk penanaman pada musim kemarau maupun musim penghujan adalah menggunakan bedengan dengan kondisi tanah sudah diolah hingga gembur. Tinggi bedengan dimusim kemarau sebaiknya menggunakan 20 cm sedangkan di musim hujan menggunakan tinggi bedengan 50 cm.
Bibit yang siap ditanam adalah bibit yang sudah disimpan selama 2-3 bulan. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 15 x 20 cm. Umbi ditanam dengan cara dibenamkan 2/3 bagian umbi dan selanjutnya jerami kering diatur secara merata di atas bedengan menutupi umbi dengan ketebalan sekitar 5 cm. Pembakaran dilaksanakan segera setelah penanaman dengan kondisi udara cerah dan angin cukup kencang supaya jerami cepat terbakar. Sekitar 3 menit jerami akan habis terbakar sedangkan umbi bawang merah sudah cukup hangat. Pembakaran ini berfungsi menghangatkan umbi bawang merah sehingga mempercepat pertumbuhan tunas dan 2 hari setelah pembakaran (2 hari setelah tanam) tunas baru muncul serempak. Selain itu pembakaran jerami berfungsi mematikan biji-biji gulma sehingga dapat mengurangi pertumbuhan gulma sampai 2 minggu setelah tanam dan abu dari jerami juga akan menambah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Keuntungan lain dari penggunaan jerami dibakar yaitu mengurangi tenaga kerja untuk pemotongan umbi (bibit), tanpa penggunaan herbisida dapat mengurangi biaya produksi.
Perlu diperhatikan pula bahwa teknologi pembakaran jerami (damen) setelah tanam akan bermanfaat bila dilakukan di lokasi yang irigasinya tidak banyak tergenang / mengandung biji-biji gulma.

Pemupukan yang Efisien
Petani bawang merah cenderung untuk menggunakan pupuk secara berlebihan yaitu ZA 1600 Kg/ha, KCl 500 Kg/ha, SP-36 400 Kg/ha yang diberikan pada umur 10, 20,30,dan 40 hst. Pemupukan berat dikhawatirkan dapat menimbulkan kekahatan unsur hara. Kebutuhan pupuk untuk setiap jenis tanaman berbeda tergantung pada tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan pemupukan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman, terlebih lagi apabila suplai hara dalam tanah tidak mencukupi. Oleh karena itu pemupukan yang tidak efisien malah akan meningkatkan biaya produksi. Dari hasil penelitian, penggunaan pupuk N yang berimbang dan pemanfataan pembakaran jerami dapat mengurangi kebutuhan pupuk N.
Pemupukan N untuk bawang merah pada musim kemarau maupun musim hujan dapat menggunakan kisaran dosis 150 kg sampai 200 N kg/ha yang berasal dari sepertiga bagian N Urea dan duapertiga N dari ZA serta 150 kg KCl ha yang diberikan 7 hari sebelum tanam.
Varietas Bauji yang ditanam pada musim penghujan lebih tanggap terhadap pemupukan karena dengan dosis N yang cukup tinggi (250 kg/ha) varietas tersebut masih menghasilkan produksi yang baik. Sedangkan varietas Philiphine yang ditanam pada musim penghujan (cara petani) produksinya sangat rendah karena tidak tahan terhadap serangan penyakit dan tanaman mudah rebah serta daun mudah londot (lunak berair) bila terkena hujan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Petani umumnya menggunakan pestisida yang berlebihan. Padahal hal ini tidak akan memecahkan masalah, bahkan masalah yang timbul bertambah kompleks. Untuk menanggulangi masalah serangan hama dan penyakit yang semakin berat saat penanaman di luar musim serta mengurangi biaya produksi dapat dilakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Adapun kegiatan pengendalian hama dan penyakit terpadu ini dilakukan berdasarkan pemantauan :
Waktu pemantauan dimulai sejak tanaman bawang merah berumur 7 hst dan diulang setiap 2 kali/minggu. Jumlah tanaman contoh 10 rumpun per 0,2 ha yang ditentukan secara sistematis. Waktu aplikasi insektisida efektif bila ditemukan 5% kerusakan pertanaman contoh. Selain itu dapat menggunakan perangkap dan Sex feromon yang dapat menangkap serangga jantan. Setiap 1 ha dapat dipasang sekitar perangkap yang dapat menggunakan botol plastik dengan memasukkan satu tangkaiSex feromon dalam botol plastik. Setiap seminggu sekali Sex feromon diganti dengan yang baru.
Gejala serangan ulat bawang ditandai dengan bercak putih transparan pada daun, karena daging daunnya dimakan. Pengendalian secara mekanik dilakukan dengan cara mengumpulkan dan memusnahkan telur dan larvanya. Bila kerusakan tanaman lebih dari 7 % perlu disemprot dengan Insektisida efektif seperti Turex WP. Penyemprotan bisa dilakukan 2 kali seminggu pada waktu pagi hari tergantung kondisi hamanya.
Gejala serangan Thrips ditandai dengan adanya bercak putih pada daun. Pada serangan hebat seluruh areal pertanaman berwarna putih dan akhirnya tanaman mati. Serangan hebat terjadi pada suhu udara rata-rata di atas normal dan kelembaban lebih dari 70%. Pengendalian Thrips dapat dilakukan dengan menggunakan Insektisida Winder 100EC.
Serangan penyakit bercak ungu atau trotol (Altenaria porii) yang menyerang bawang merah bisa dikendalikan dengan Kocide 54WDG. Untuk menanggulangi penyakit tersebut dilakukan penyemprotan setelah turun hujan. Adapun gejala serangan layu Fusarium ditandai dengan tanaman kurus kekuningan dan busuk pangkal. Tanaman yang terserang dicabut dan dimusnahkan.
Guna mengurangi spora penyakit ini yang menempel pada daun. Bila kerusakan lebih dari 10% maka dapat dilakukan penyemprotan menggunakan Fungisida anjuran seperti Kocide 54WDG.
Untuk mengendalikan hama dan penyakit selain menggunakan pestisida juga perlu dilakukan waktu penanaman yang serempak, sanitasi terhadap sisa-sisa tanaman terserang hama atau penyakit dengan membakar atau mengubur tanaman yang sakit dalam tanah, perbaikan sistem drainase dan penggunaan umbi bibit yang bebas penyakit.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mengatasi fluktuasi pasokan bawang merah di pasaran, upaya pemenuhan komoditas tersebut dengan menanam di luar musim merupakan suatu langkah yang positif. Namun, perlu adanya pertimbangan yang cukup matang dalam melakukan budidaya tersebut di luar musim. Hal ini berkaitan dengan besarnya resiko yang akan dihadapi sebagai akibat kurangnya daya dukung lingkungan di luar musim.
(Baswarsiati dan Siti Nurbanah, BPTP Karangploso-Malang)
halaman [ 1 ] [ 2 ]

Iklan

 

Followers