Kamis, 03 Juni 2010

MUSIM TANAM KEDUA BAKAL BAGUS

Brebes, Kompas - Panen bawang merah pada musim tanam kedua tahun 2010 bakal memberikan hasil melimpah bagi petani bawang di Brebes, Jawa Tengah. Pasalnya, hujan mulai berkurang dan pasokan air untuk tanaman bawang melimpah. Berbeda dengan musim tanam bawang pertama pada awal tahun 2010. Pada saat itu hujan terus terjadi sehingga pertumbuhan tanaman bawang terganggu. Akibatnya, produktivitas rendah. ”Tanam kemarin saya rugi besar, puluhan juta. Bawang merah saya hanya laku ditebas (dibeli putus di ladang) Rp 7 juta,” ungkap Ahmad Nursalim (52), petani bawang warga Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Jika kondisi iklim mendukung, seharusnya produktivitas bawang merah per bahu di atas 5 ton, bahkan ada yang lebih dari 10 ton. Namun, pada panen bawang Maret lalu hanya 1,5 ton. Pengalaman yang sama juga dialami Dasri. Bawang merahnya masih dibeli lebih tinggi, Rp 8 juta per bahu (6.000 meter persegi). Namun, Dasri tetap saja merugi. Pasalnya, biaya produksi Dasri lebih dari Rp 25 juta per bahu. ”Jangankan untung, menutup biaya produksi saja tidak. Tapi, mau bagaimana lagi, belum rezeki,” katanya menghibur diri. Meski pada musim tanam bawang pertama gagal, para petani saat ini yakin bahwa hasil panen bawang musim tanam kedua ini akan lebih baik. Angin selatan mulai tiba, hujan berkurang, dan pasokan air untuk kebutuhan tanaman bawang melimpah. Menanggapi banyak petani yang gagal panen akibat keliru memprediksi iklim, Kepala Laboratorium Klimatologi Institut Pertanian Bogor (IPB) Rizaldi Boer menyatakan, sudah saatnya pemerintah mengembangkan asuransi iklim yang bisa memberikan jaminan ganti rugi pada saat petani gagal panen. Dengan asuransi iklim, petani dapat terlindung. Sambil program asuransi berjalan, pemerintah perlu membangun kemampuan petani menerjemahkan informasi prakiraan iklim pada tingkat lokal. Berdasarkan pengamatan, petani kini kian berani berspekulasi menanam bawang merah. Usaha budidaya tanaman bawang merah yang dulunya banyak dilakukan petani pada musim kemarau, yakni Juni-Agustus, sekarang sudah merata. Petani tidak lagi melihat iklim. Mereka berani berspekulasi karena tergoda keuntungan. Dibandingkan dengan menanam padi atau jagung, usaha tani bawang merah menjanjikan untung ratusan juta rupiah per hektar. Selain itu, waktunya singkat, kurang dari dua bulan. Meski keuntungan besar, risikonya besar mengingat usaha tani bawang merah memerlukan modal untuk biaya produksi hingga Rp 50 juta per hektar. Menurut Seger, pengepul bawang merah di Brebes, hujan yang terus terjadi membuat kesulitan pengeringan bawang. Selain itu, biaya tenaga kerja untuk pengeringan juga meningkat. Namun, mereka senang karena harga bawang kali ini cukup bagus. Harga 1 kilogram bawang kering dengan kualitas super Rp 8.000. Adapun di Jakarta bisa Rp 10.000. Kualitas lebih rendah Rp 6.000 per kg. Permintaan bawang saat ini lebih banyak dari luar pulau, seperti Palembang, Jambi, Bangka Belitung, dan Lampung. Bawang-bawang itu dibawa langsung menggunakan truk dan juga melalui kapal. (MAS)

0 komentar:

Posting Komentar

Iklan

 

Followers